Mengenal Kaligrafi dari Pesantren - Assalamualaikum, salam sehat bagi kita semua, semoga kita selalu diberi kesehatan dan kemudahan dalam menjalani aliran kehidupan yang penuh dengan teka teki, misteri yang belum kita ketahui.
Baiklah Sahabat semuanya ini adalah tulisan pertama saya untuk mengisi blog ini, kurang lebihnya nanti saya menulis berbagai macam hal mengenai seputar dunia kesenian yang lebih dikhususkan tentang kesenian kaligrafi.
Seni kaligrafi kalau saya simpulkan adalah kesenian khusus berurusan dengan tulisan arab atau tulisan arab yang dibuat dengan cara ditulis, di gambar, diukir, dipahat dengan sebagus mungkin sesuai imajinasi para pengarang seni kaligrafi.
Baca juga : Definisi Kaligrafi Terlengkap dan Terperinci
Intinya hasilnya nanti akan terlihat lebih bagus dan sedap untuk dipandang yang bisa dijadikan sebagai hiasan di dinding-dinding masjid ataupun rumah dan pastinya akan mengandung unsur nilai kesenian yang tinggi, bahkan juga bisa menjadi sebuah penghasilan kalau kita bicara di bidang bisnis.
Pada tulisan pertama ini lebih detailnya saya akan bercerita sedikit mengenai diri saya dan kaligrafi. Ada hubungan apa sih saya dengan kaligrafi he he, siapa tahu bisa menjadi bacaan yang menarik untuk dibaca dan bermanfaat bagi saudara yang sedang membaca tulisan ini.
Saya akan memulai bercerita dari ketika saya dulu masih menjadi seorang santri di salah satu Pondok Pesantren di desa terpencil Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Kebumen, yang berdekatan dengan pantai selatan, yang sangat recomended banget pantainya bagi saudara untuk dijadikan kunjungan wisata saat liburan.
Kembali ke pembicaraan awal jadi waktu itu saya masih duduk di bangku Mts, Madrasah Tsanawiyah P.P "Al-Kamal" Desa Tambaksari kelas 8B, dan Diniyyahnya masih kelas dua wustho.
Dari situlah awal saya mengenal sebuah tulisan Kaligrafi, Waktu itu saat bulan Ramadhan tahun 2010, di Pondok semua kegiatan diniyah itu libur dan digantikan dengan berbagai macam kegiatan extra atau bisa dibilang lebih kepada pengembangan bakat dan minat para santri.
Pada waktu itu ada beberapa kegiatan yang diadakan, termasuk pelatihan sablon, khitobah atau ceramah, penulisan Kaligrafi dan lain lain.
Kalau saya mengingat ingat kembali kejadian detailnya, waktu itu jelas tidak bisa diceritakan secara rinci pada tulisan ini, karena sudah lama sekali. Kurang lebihnya hanya sebagian besarnya saja.
Waktu itu saya belajar kaligrafi masih menggunakan sebuah spidol kecil yang ujung spidolnya dipotong samping nya supaya bisa rata tidak lancip seperti aslinya, atau bahasa daerahnya "di spiti spidolnya".
Kurang lebih sekitar 30 santri yang dikumpulkan dalam satu ruangan semuanya belajar menulis kaligrafi, yang diawali dari menulis huruf alif dengan teknik teknik yang sudah disampaikan oleh ustad atau guru saat sebelum melakukan praktek langsung.
Kurang lebih lima belas menit sang guru menjelaskan sambil praktek di papan tulis, lalu para santri ikut menirukan menulis dengan spidol tersebut di atas kertas yang sudah disediakan.
Semua santri di suruh menulis huruf alif sebanyak satu sampai dua lembar sesuai tekniknya atau kaidahnya, dan terus menerus sampai huruf hijaiyah terakhir. Prosesnya tidak sampai disini saja terus bisa pastinya.
setelah itu dilanjutkan dengan menulis bentuk-bentuk huruf huruf hijaiyah yang digandeng dan yang menggandeng. Itupun sama kami harus menulisnya dalam kertas sebanyak mungkin dengan tujuan agar tangan kita nanti bisa lemas, mudah untuk menulis dan terbiasa.
Sampai akhir nya kurang lebih saya dan teman teman belajar Kaligrafi dalam kurun waktu tiga minggu untuk mengisi kekosongan di Pondok.
Sampai akhirnya waktu liburan lebaran pun datang dan hampir semua santri pada waktu itu pulang ke kampung halaman masing-masing untuk lebaran bersama keluarga.
Kegiatan belajar pun dihentikan dan diteruskan kembali belajar kaligrafi lagi saat akan di adakan ujian pondok seusai liburan, namun dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan dua pulpen atau dua pensil yang digabung dengan karet.
Baca Juga : Sejarah kaligrafi Islam di Dunia
Singkat cerita setelah kurang lebih tiga tahun belajar di luar kegiatan alias belajar sendiri (otodidak ) melanjutkan pelajaran yang pernah disampaikan, kemampuanku sedikit lebih baik dari sebelumnya.
Namun belum bisa lebih baik dari teman temanku yang berhasil meraih juara dalam ajang lomba kaligrafi se-Pondok Pesantren waktu itu. Tidak Mengapalah kalau dipikir secara rasional memang karya mereka lebih baik dari karyaku.
Setelah saya lulus dari Madrasah Tsanawiyah dan masuk di MA Plus nururrohmah menempuh masa belajar selama tiga tahun sampai saya lulus saya tidak pernah mengasah kembali menulis kaligrafi.
Berhubung setelah lulus saya tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (Kuliah) saya merantau ke ujung timur Pulau Jawa untuk nyantri lagi di PP Sunan Kalijogo, Kabupaten Banyuwangi.
Baru saya memulai kembali mengasah keilmuan kaligrafi yang saya pernah pelajari dulu. untuk mengisi kekosongan waktu saat siang hari.
Setelah dua bulan di pondok tiba tiba ada kegiatan yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, yaitu Pelatihan Ukir untuk para santri dan kebetulan yang diajarkan pada waktu itu adalah mengukir kaligrafi.
Berhubung ada beberapa teman saya yang melihat saya sering menulis kaligrafi di dalam kamar, maka saya diajak untuk ikut bergabung mengikuti pelatihan tersebut.
Karena pada waktu itu memang saya lebih cenderung menyendiri di dalam kamar, dari pada harus ikut bergabung bermain bersama teman teman baru di pondok yang baru saya singgahi, jadi saya mengiyakan ajakan teman saya mengikuti kegiatan tersebut.
Diawali pembukaan yang dihadiri oleh perwakilan Dinas Perdagangan dan Perindustrian, pelatihan tersebut pun dimulai.
Para santri pun antusias sekali mengikuti acara tersebut, mereka langsung menyebar ada yang menggambar mengecat menghaluskan kayu dengan alat alat yang telah disediakan pemerintah.
Saya sendiri hanya melihat saja karena jumlah alat yang tidak terlalu banyak jadi saya harus mengantri bergantian dengan yang lain.
Seminggu berlalu dari dua puluh orang yang mengikuti kegiatan tersebut hanya lima yang dipilih untuk melanjutkan mengurusi kerajinan tersebut dan saya termasuk dari kelima santri tersebut, dalam hati bersyukur karena bisa melanjutkan hobi saya dalam menulis Kaligrafi dan disinilah saya bisa mengembangkan.
Yang di mulai dari menulis di atas kertas sampai pada pengaplikasian di medan yang berbeda yaitu kayu.
Demikian di atas sedikit cerita mengenai perjalanan hidup saya di bidang kerajinan kaligrafi, dari awal saya mengenal kaligrafi dan sampai praktek pada media yang berbeda tidak lagi di kertas.
Semoga cerita di atas bisa menjadi sedikit motivasi bagi pecinta kesenian kaligrafi dan yang mau belajar menulis kaligrafi, sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum.
Baca Juga : Tokoh Besar Kaligrafi Islam di Indonesia
Setelah dua bulan di pondok tiba tiba ada kegiatan yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, yaitu Pelatihan Ukir untuk para santri dan kebetulan yang diajarkan pada waktu itu adalah mengukir kaligrafi.
Berhubung ada beberapa teman saya yang melihat saya sering menulis kaligrafi di dalam kamar, maka saya diajak untuk ikut bergabung mengikuti pelatihan tersebut.
Karena pada waktu itu memang saya lebih cenderung menyendiri di dalam kamar, dari pada harus ikut bergabung bermain bersama teman teman baru di pondok yang baru saya singgahi, jadi saya mengiyakan ajakan teman saya mengikuti kegiatan tersebut.
Diawali pembukaan yang dihadiri oleh perwakilan Dinas Perdagangan dan Perindustrian, pelatihan tersebut pun dimulai.
Para santri pun antusias sekali mengikuti acara tersebut, mereka langsung menyebar ada yang menggambar mengecat menghaluskan kayu dengan alat alat yang telah disediakan pemerintah.
Saya sendiri hanya melihat saja karena jumlah alat yang tidak terlalu banyak jadi saya harus mengantri bergantian dengan yang lain.
Seminggu berlalu dari dua puluh orang yang mengikuti kegiatan tersebut hanya lima yang dipilih untuk melanjutkan mengurusi kerajinan tersebut dan saya termasuk dari kelima santri tersebut, dalam hati bersyukur karena bisa melanjutkan hobi saya dalam menulis Kaligrafi dan disinilah saya bisa mengembangkan.
Yang di mulai dari menulis di atas kertas sampai pada pengaplikasian di medan yang berbeda yaitu kayu.
Demikian di atas sedikit cerita mengenai perjalanan hidup saya di bidang kerajinan kaligrafi, dari awal saya mengenal kaligrafi dan sampai praktek pada media yang berbeda tidak lagi di kertas.
Semoga cerita di atas bisa menjadi sedikit motivasi bagi pecinta kesenian kaligrafi dan yang mau belajar menulis kaligrafi, sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum.
Baca Juga : Tokoh Besar Kaligrafi Islam di Indonesia
Share This :
0 komentar