Galeri Kaligrafi – Yaqut al-Musta’simi menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah kaligrafi Islam. Para ahli mengenalnya sebagai penyempurna terakhir seni khat klasik sebelum para kaligrafer Ottoman muncul. Ia menjalani hidup pada masa transisi antara kejayaan Abbasiyah dan kehancurannya akibat serangan Mongol, namun ia tetap berhasil menciptakan warisan seni kaligrafi yang tak tergoyahkan. Melalui artikel ini, kita akan mengulas secara lengkap perjalanan hidupnya, gaya khas yang ia kembangkan, karya-karya monumentalnya, serta kontribusinya terhadap dunia kaligrafi.
Latar Belakang Kehidupan Yaqut al-Musta’simi
Yaqut al-Musta’simi memiliki nama lengkap Jamal al-Din Abu al-Majd Yaqut ibn Abdallah al-Musta’simi. Ia dikenal sebagai mantan budak (mawla) Khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah, yaitu al-Musta’sim Billah, yang kemudian membebaskannya. Itulah sebabnya ia disebut dengan nama nisbah al-Musta’simi.
Yaqut diperkirakan berasal dari daerah Asia Tengah atau Kaukasus, dan masuk Islam saat masih muda. Ia hidup dan berkarya di Baghdad, yang saat itu menjadi pusat peradaban Islam.
Masa Hidup di Tengah Gejolak Sejarah
Yaqut al-Musta’simi hidup di masa-masa yang penuh gejolak, terutama ketika Baghdad diserang dan dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Pada masa itu, banyak perpustakaan dan manuskrip berharga musnah.
Meskipun demikian, Yaqut tetap bertahan dan bahkan terus berkarya di bawah perlindungan elite lokal. Ketekunannya ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang seniman, tetapi juga penjaga tradisi intelektual Islam.
Menurut beberapa riwayat, ketika kota Baghdad jatuh dan kekacauan melanda, Yaqut menyelamatkan diri ke menara masjid. Di tempat itu, ia tetap menulis ayat-ayat Al-Qur’an dengan penuh ketenangan, seolah-olah dunia di sekelilingnya tidak sedang runtuh.
Tindakan tersebut tidak hanya mencerminkan keteguhan hatinya, tetapi juga menegaskan bahwa bagi Yaqut, kaligrafi adalah bentuk ibadah yang harus dijaga kapan pun dan dalam keadaan apa pun.
Guru dan Inspirasi Yaqut
Yaqut secara mendalam mempelajari karya-karya Ibnu Bawwab, meskipun mereka tidak hidup pada zaman yang sama. Selain itu, ia menelaah tulisan-tulisan para master sebelumnya dan menyerap seluruh prinsip estetika yang dikembangkan oleh Ibnu Muqlah dan Ibnu Bawwab. Setelah itu, ia menyempurnakan serta menyatukan semua prinsip tersebut menjadi gaya khasnya sendiri.
Menurut berbagai riwayat, Yaqut menyatakan bahwa ia menulis dengan pena yang ia runcingkan dari ujung, bukan dengan ujung miring seperti yang digunakan para pendahulunya. Akibatnya, teknik ini membuat kaligrafinya tampil lebih halus, fleksibel, dan dinamis.
Gaya Kaligrafi Yaqut al-Musta’simi
Yaqut dikenal sebagai pencipta dan penyempurna dari enam gaya tulisan utama yang dikenal dalam tradisi kaligrafi Islam klasik. Gaya ini disebut dengan al-aqlam al-sittah (الاقلام الستة), yaitu:
- Naskhi
- Thuluth
- Muhaqqaq
- Rayhani
- Riq’ah
- Tawqi’
Yaqut menyempurnakan setiap gaya ini dengan standar proporsional yang tinggi. Ia dikenal karena keistimewaan dalam:
- Komposisi huruf yang seimbang
- Ornamen halaman yang proporsional
- Gerakan pena yang halus
- Ketelitian luar biasa
Kaligrafinya dikenal simetris, kuat namun lembut, menjadikannya contoh utama dalam pendidikan seni khat hingga kini.
Karya-Karya Monumental Yaqut al-Musta’simi
1. Mushaf Al-Qur’an
Yaqut menyalin ratusan mushaf Al-Qur’an, banyak di antaranya disalin untuk istana Abbasiyah, elite ilmuwan, dan kolektor Timur Tengah. Mushaf-mushaf ini menunjukkan kepiawaian teknis dan kehalusan artistik yang sulit ditandingi.
Beberapa mushaf hasil karya Yaqut masih tersimpan di museum besar seperti:
- British Library, London
- Topkapi Palace Museum, Istanbul
- Dar al-Kutub, Kairo
2. Manuskrip Sastra dan Hadis
Selain mushaf, Yaqut juga menyalin banyak karya sastra, tafsir, hadis, dan ilmu fiqh. Ia tidak hanya fokus pada keindahan huruf, tetapi juga pada kejelasan dan keterbacaan isi.
Pengaruh dan Murid-Muridnya
Yaqut al-Musta’simi menjadi guru besar bagi generasi kaligrafer setelahnya. Ia memiliki banyak murid, dan sistem pengajaran yang ia bangun menjadi dasar madrasah kaligrafi yang tersebar di seluruh wilayah Islam.
Beberapa murid dan penerusnya antara lain:
- Ahmad al-Suhrawardi
- Abu Bakr al-Mawtani
- Kaligrafer Persia dan Turki pada periode berikutnya
Pengaruhnya tidak hanya bertahan di Irak, tetapi menyebar ke Iran, Suriah, Mesir, dan Anatolia, menjadikan Yaqut sebagai titik sentral dalam perkembangan kaligrafi Islam klasik.
Warisan Abadi dalam Dunia Kaligrafi
1. Standar Kaligrafi Resmi
Hingga abad ke-16 M, para kaligrafer Ottoman seperti Sheikh Hamdullah dan Hafiz Osman masih menjadikan gaya Yaqut sebagai model utama. Bahkan kaligrafi Utsmani dianggap sebagai hasil pengembangan lebih lanjut dari sistem Yaqut.
2. Khat Sebagai Seni Spiritualitas
Yaqut menjadikan kaligrafi sebagai bentuk ibadah, bukan sekadar seni. Ia dikenal menulis dengan wudhu, membaca basmalah, dan dalam keadaan hati tenang. Nilai spiritual ini menjadikan karyanya tidak hanya indah secara visual, tetapi juga penuh makna.
Yaqut al-Musta’simi adalah puncak dari tradisi kaligrafi Islam klasik, sekaligus jembatan menuju perkembangan khat modern. Ia menyempurnakan sistem kaligrafi yang diwariskan oleh Ibnu Muqlah dan Ibnu Bawwab, dan meninggalkan pengaruh luar biasa hingga hari ini.
Dengan karakteristik huruf yang proporsional, garis yang seimbang, dan semangat spiritualitas tinggi, Yaqut telah menempatkan seni khat sebagai simbol peradaban Islam yang agung. Tidak berlebihan jika ia disebut sebagai “Imam al-Khattatin” (Pemimpin para kaligrafer).

